Jumat, 04 Mei 2012

CONTOH CERAMAH RAHMADHAN "Hikmah Puasa Ramadhan"


Innal hamdalillahi nahmaduhu wa nasta’iinuhu wa nastaghfiruhu wa na’uudzubillaahi min syuruuri anfusinaa wa min sayyiaati a’maalinaa mayyahdihillaahu falaa mudhillalahu wa mayyudhlilfalaa haadiyalahu

Allahumma sholli wa sallam ‘alaa muhammadin wa ‘alaa alihii wa ash haabihi wa man tabi’ahum bi ihsaani ilaa yaumiddiin.

Yaa ayyuhalladziina aamanuu ittaqullaaha haqqa tuqaatihi wa laa tamuutunna ilaa wa antum muslimuun

,       
  “Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda. Karena itu, barangsiapa diantara kamu menyaksikan bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu,dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan, maka hendaknya mengganti sebanyak hari yang ditinggalkannya pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah  kamu membesarkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu,supaya kamu bersyukur". (QS. Al-Baqoroh: 185)

Sidang jum’at yang dirahmati Allah,
Dinamakan Ramadhan sebab pada bulan ini dosa-dosa dan kesalahan dibakar (Romadh),keinginan hawa nafsu dikekang, melaksanakan ketaatan dan mengharap pahala dari Allah dengan menahan diri(shiyam) dari apa–apa yang membatalkan sejak fajar hingga terbenamnya matahari. Bulan Ramadhan merupakan karunia besar bagi hamba-hamba Allah, sebab di dalamnya terdapat manfaat yang sangat banyak. Diantara manfaatnya adalah dihapuskannya dosa-dosa antara Ramadhan dengan Ramadhan yang lain.
Dan ibadah puasa itu telah disyari’atkan kepada manusia sejak zaman purba hingga sekarang. Ramadhan merupakan bulan yang paling mulia dalam perjalanan bulan-bulan dalam setahun. Karena nilai pahala ibadah pada bulan ini dilipat gandakan oleh Allah daripada bulan yang lain.Maka hendaknya setiap muslim menyegerakan amal dalam bulan ini, menyempurnakan ibadah-ibadah, memperbaiki kekurangan-kekurangan. Misalnya dengan bersedekah, tadarus Al-Qur’an, berdzikir, qiyamul-lail, berakhlaq baik dan sebagainya. Di antara kemulian bulan ini juga adalah adanya malam Lailatul-qodar, yang 1 malam nilainya lebih baik dari 1000 bulan atau lebih dari 83 tahun.
Puasa Ramadhan dengan segala amal ibadahnya berupa tarawih, dzikir, infaq, I’tikaf, membaca al- Qur’an dan lainnya tentu akan mampu menghantarkan manusia menjadi taqwa. Sebab Ramadhan merupakan bulan tarbiyah, mendidik hawa nafsu, menempa keinginan, kepentingan, prinsip hidup, sudut pandang, agar tunduk semata-mata kepada Allah swt.
Ramadhan juga bulan jihad, dimana puasa mengajarkan jihad melawan rayuan syetan kepada kejahatan, ajakan hawa nafsu, menanjurkan supaya sabar, dermawan, produktif, tidak pemarah, disiplin waktu. Puasa membentuk manusia jujur kepada diri sendiri, mampu menahan diri dari yang dilarang Allah. Memiliki tanggung jawab, adil, memiliki kepedulian social dan sebagainya.
Kemuliaan Al-Qur’an Tidak kalah pentingnya, Allah memuliakan bulan ini dari seluruh bulan yang ada karena bulan ini Allah turunkan Al-Qur’an (Syahrul-Qur’an). Allah turunkan kitab-kitab untuk para nabi-Nya, Taurat, Injil, Zabur dan suhuf para nabi dan rosul juga pada bulan ini..
Agungnya Ramadhan juga karena identik dengan sifat al-Qur’an yang mulia. Yang mengandung petunjuk (hudan), menunjukkan sesuatu yang bermanfaat bagi manusia agar diikuti, menunjukkan mana yang bahaya (mudhorrot) bagi mereka agar dijauhi. Menunjukkan jalan-jalan kebaikan, dan menunjukkan pula jalan-jalan kebinasaan.

Bagi orang yang tidak mampu berpuasa dan tidak memungkinkan pula menggantinya maka bolehmenggantinya dengan fidyah. Yaitu memberi makan fakir miskin sebanyak puasa yang ditinggalkan. Seperti kakek-nenek yang sudah tua, orang sakit yang kemungkinan tidak diharapkan kesembuhannya, wanita hamil yang sangat dikhawatirkan kesehatan bayinya. Dan sebagainya.
Diriwayatkan oleh imam Bukhori dan Muslim, bahwa pada zaman rosulullah saat beliau mengadakan perjalanan bersama para sahabatnya, sebagian mereka ada yang tetap berpuasa, dan sebagian yang lain tidak. Namun diantara mereka tidak ada yang saling mencela. Hal ini menunjukkan bahwa syari’at Allah mengandung manfaat yang sangat banyak. Sebaliknya apa yang dilarang Allah hakikatnya mengandung kerusakan yang luar biasa bagi jiwa dan badan. Salah satu sifat mustahil bagi Allah adalah berbuat dan berkata sia-sia. Maka apa saja yang difirman Allah adalah bermanfaat.

Dalam hal ini rosulullah bersabda; “Maka sesungguhnya sebaik-baik ucapan adalah kalamullah (Al- Qur’an), dan sebagus-bagus petunjuk adalah petunjuk Muhammad….”
(HR. Bukhory).

Namun banyak manusia yang tidak mengerti hikmah ini. Sesungguhnya ajaran Islam itu adalah kemudahan. Dan barangsiapa yang menentang ajaran Islam sesungguhnya justru mempersempit hidup. Akan tetapi kebanyakan manusia mencari rekayasa pemuasan diri dengan hawa nafsu. Padahal hal ini sejatinya adalah kehancuran yang nyata. Yang lebih aneh lagi, mereka menyangka ajaran Islam sebagai beban, menjadi penghalang kemajuan dan prasangka-prasangka keji lainnya. Hendaknya bersyukur Maka barangsiapa yang menyaksikan bulan Ramadhan hendaknya berpuasa, yakni bagi setiap muslim yang baligh, sehat serta mampu. Alangkah indahnya jika nilai-nlai ini mampu terimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari setelah Ramadhan. Apabila telah kita laksanakan perintah-perintah Allah dengan taat kepada-Nya, menunaikan kewajiban-kewajiban, meninggalkan apa yang dilarang, menjaga batasan-batasan-Nya, maka mudah-mudahan kita menjadi orang yang bertaqwa. Sebagian ulama ada yang mengambil istimbat disyari’atkannya takbiran pada saat menjelang hari raya dengan ayat ini. Sudah sepantasnya kita wajib bersyukur dengan adanya rangkaian syari’at ibadah di bulan puasa ini. Yakni dengan membesarkan Allah dengan banyak-banyak mengucapkan takbir, tahmid, tasbih menjelang hari kemenangan, idul Fitri. Merayakan hari kemenangan dengan banyak bersilaturahim.

Barakallahu lii wa lakum fill qur’aanil azhiim wa nafa’nii wa iyyaakum bima fiihi minal aayaati wa dzikril hakiim. Aquulu qowlii hadzaa wa astaghfirullaaha lii wa lakum wa lisaa iril muslimiina min kulli danbin fastaghfiruuhu innaInnal hamdalillahi robbal’aalamiin wa asyhadu an laa ilaaha illahllaahu wa liyyash shalihiina wa asyhadu anna muhammadan khaatamul anbiyaai wal mursaliina allahumma shalli ‘alaa muhammadan wa ‘alaa aali muhammadin kamaa shollayta ‘alaa ibroohiima wa ‘alaa alii ibroohiim, innaka hamiidum majiid. Wa barok ‘alaa muhammadin wa ‘alaa aali muhammadin kamaa baarokta ‘ala ibroohiima wa ‘alaa alii ibroohiim, innaka hamiidum majiid. Ammaa ba’ad..hu huwal ghafuurur rahiimu.
Innal hamdalillahi robbal’aalamiin wa asyhadu an laa ilaaha illahllaahu wa liyyash shalihiina wa asyhadu anna muhammadan khaatamul anbiyaai wal mursaliina allahumma shalli ‘alaa muhammadan wa ‘alaa aali muhammadin kamaa shollayta ‘alaa ibroohiima wa ‘alaa alii ibroohiim, innaka hamiidum majiid.Wa barok ‘alaa muhammadin wa ‘alaa aali muhammadin kamaa baarokta ‘alaa ibroohiima wa ‘alaa alii ibroohiim, innaka hamiidum majiid.
Ammaa ba’d
u..
Hikmah disyari’atkannya puasa adalah agar manusia menjadi bertaqwa. Sebab puasa adalah merupakan penyebab utama agar mencapai ketaqwaan. Yaitu melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
Syari’at puasa menjadi penyebab utama meraih taqwa karena orang yang berpuasa mampu mentaati Allah walaupun dalam masalah yang sebenarnya dihalalkan sebelumnya, seperti makan, minum, berhubungan badan suami-istri dan sebagainya. Dan inilah taqwa. Orang yang membiasakan mendidik nafsunya untuk mengikuti perintah Allah, yang sebelumnya suka diumbar.
Dari sisi medis, puasa menjadikan sempitnya pembuluh darah, sehingga godaan syetan yang berjalan melalui alirannya menjadi buntu. Maka dengan puasa tersebut ambisi berbuat maksiyat melemah.
Dengan puasa pula keinginan untuk memperbanyak ketaatan semakin kuat. Misalnya orang kaya dapat merasakan langsung bagaimana pedihnya rasa lapar sebagaimana mendera kaum fakir-miskin. Sehingga timbullah tanggung jawab sosialnya. Dan inilah buah taqwa.

Allahummagh fir lilmuslimiina wal muslimaati, wal mu’miniina wal mu’minaatil ahyaa’I minhum wal amwaati, innaka samii’un qoriibun muhiibud da’waati. Robbanaa laa tuaakhidznaa in nasiinaa aw akhtho’naa. Robbanaa walaa tahmil ‘alaynaa ishron kamaa halamtahuu ‘alalladziina min qoblinaa.Robbana walaa tuhammilnaa maa laa thooqotalanaa bihi, wa’fua ‘annaa wagh fir lanaa war hamnaa anta maw laanaa fanshurnaa ‘alal qowmil kaafiriina. Robbana ‘aatinaa fiddunyaa hasanah wa fil aakhiroti hasanah wa qinaa‘adzaabannaar. Walhamdulillaahi robbil ‘aalamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Daftar Blog Saya